Pada Perang Dunia II, Jerman menciptakan konsep senapan serbu. Konsep
ini didasari pengalaman bahwa pertempuran modern lebih banyak terjadi
pada jarak yang cukup dekat, yaitu sekitar 100 meter. Tenaga dan
jangkauan peluru pada saat itu ternyata terlalu besar. Maka, Jerman
mulai mengembangkan peluru dan senapan yang mempunyai sifat submachine
gun (isi magazen banyak dan bisa menembak full-otomatis) dengan peluru
yang jangkauannya bisa sampai 300 meter. Dengan mempertimbangkan biaya
produksi, ini dicapai dengan memendekkan peluru 7,92 x 57 mm Mauser
menjadi ukuran 33 mm yaitu 7,92 x 33 mm Kurz (Kurz berarti pendek).
Hasil
akhirnya, Sturmgewehr 44 (StG44), memang bukan senapan pertama yang
menggunakan konsep ini; sebelumnya Italia dan Uni Soviet pernah
merancang konsep yang serupa. Tetapi, Jerman adalah yang pertama untuk
memproduksi masal senapan mereka. Jerman banyak menggunakan senapan baru
mereka untuk menghadapi Soviet di Front Timur. Pengalaman Uni Soviet
melawan Jerman inilah yang mempengaruhi doktrin Soviet pada tahun-tahun
berikutnya.
Berdasarkan doktrin Soviet, Mikhail Kalashnikov mulai
memikirkan desain senapannya sejak di rumah sakit, setelah terluka pada
pertempuran di Bryansk. Ia mendapat informasi bahwa sebuah senjata
baru sedang dicari, untuk dipakai dengan peluru 7,62 x 41 mm yang
dibuat oleh Elisarov dan Semin pada 1943. Tapi kali itu, desain
Kalashnikov kalah melawan desain Sudayev, yaitu PPS43. Kalashnikov
mengubah desain pertamanya setelah ia mempelajari StG44 Jerman pada
tahun 1946. Karena rancangannya cukup mengesankan, Kalashnikov lalu
dipilih untuk memimpin sebuah tim desain.
Pada awalnya produksi
receiver (bagian badan senapan yang berisi mekanisme penembakan)
menemui banyak masalah. Model produksi pertama menggunakan receiver
yang terbuat dari stamping (cetak besi) lembaran logam. Masalah yang
ditemui adalah sulitnya mengelas railing pemandu dan ejektor, yang
akhirnya menyebabkan banyaknya penolakan.[6] Tapi masalah ini tidak
menghentikan produksi, sebagai penyelesaiannya, receiver stamping logam
digantikan dengan receiver machined (dibentuk dengan alat/mesin
khusus).[7] Proses ini memang lebih mahal, tapi untungnya alat-alat dan
pekerja yang dibutuhkan sudah tersedia, sebelumnya dipakai untuk
produksi Mosin-Nagant. Karena masalah-masalah tadi, Uni Soviet baru
bisa mendistribusikan senapan-senapan ini secara luas pada tahun 1956.
Pada saat yang bersamaan, produksi senapan pendahulu AK-47, SKS, tetap
berlanjut.[7]
Setelah
masalah produksi berhasil diselesaikan, pada tahun 1959 sebuah
rancangan baru dirumuskan dan diberi nama AKM (M untuk modernisasi—dalam
bahasa Rusia: Автомат Калашникова Модернизированный).[8] Model baru
ini menggunakan receiver stamping logam dan dilengkapi sebuah muzzle
break di ujung laras, untuk mengurangi tendangan. Selain itu
ditambahkan juga penahan hammer (palu pemukul peluru) agar senapan bisa
menembak dengan baik pada pilihan tembakan full-otomatis.[9] Model
baru ini lebih ringan dari model awal, sekitar dua-pertiga berat
awal.[8] Mayoritas produksi senapan Kalashnikov di luar Rusia, dengan
lisensi maupun tanpa lisensi, menggunakan model AKM ini, karena
mudahnya pembuatan receiver stamping. Model inilah yang paling banyak
ditemui dan diproduksi di seluruh dunia. Tetapi, hampir semua senapan
buatan Kalashnikov biasa disebut AK-47, ini adalah keliru, sebab AK-47
hanya adalah senapan-senapan yang menggunakan tiga model receiver
paling awal.[10] Gambar di samping memperlihatkan perbedaan antara
receiver machined AK-47 Tipe 2, dengan receiver stamping AKM Tipe 4,
misalnya digunakannya sekrup dan bukan pengelasan, serta perbedaan
lesung kecil di atas magazen.
AK-47 adalah senapan yang
sederhana, tidak mahal untuk diproduksi, dan mudah dibersihkan dan
dirawat. Ketahanan dan kehandalannya terkenal
legendaris.[11][12][13][14] Piston gasnya yang besar, keleluasaan jarak
pada bagian-bagian mekaniknya, dan desain pelurunya, membuat AK-47 bisa
tetap menembak dengan lancar walaupun komponen dalamnya terisi kotoran
atau benda asing. Tapi kehandalan ini sedikit mengorbankan akurasi,
karena toleransi yang besar pada bagian mekaniknya tidak menjamin
ketepatan dan kekonsistenan yang terdapat pada senapan-senapan yang
lebih akurat.
Bidikan belakang AK-47 bisa diatur, dengan setingan
jarak yang selisihnya masing-masing 100 meter. Bidikan depan juga bisa
diatur setingan elevasinya di lapangan. Dan setingan horizontal diatur
di gudang senjata sebelum diberikan ke pemakai. Setingan bidikan
standar diatur untuk menempatkan peluru beberapa sentimeter di atas
atau di bawah titik yang dibidik, pada jarak 250 meter. Setingan
"point-blank" seperti ini dipakai agar penembak tidak perlu merubah
setingan alat bidik pada jarak dekat. Setingan seperti ini sama dengan
yang digunakan untuk Mosin-Nagant dan SKS, agar memudahkan masa
peralihan dan pelatihan.
Lorong laras dan kamar peluru, serta
piston gas dan interior silinder gas AK-47 biasa dilapisi dengan krom.
Ini sangat membantu memperpanjang umur alat-alat tersebut, karena
mencegah korosi dan karat. Dan ini sangat penting, mengingat amunisi
pada abad ke-20 sering berisi unsur merkuri yang korosif, yang
mengharuskan pembersihan secara rutin untuk mencegah kerusakan.
Pelapisan krom pada bagian-bagian penting senapan sekarang sudah lazim
pada senjata-senjata modern.
Pada masa Perang Dingin, Uni Soviet,
Tiongkok, dan Amerika Serikat memberikan peralatan dan teknologi
kepada negara-negara sekutu mereka, beserta pasukan-pasukan pemberontak
yang mereka dukung. Pada masa itu terjadi penyebaran besar-besaran
AK-47 oleh Uni Soviet dan Tiongkok kepada negara-negara dan grup-grup
pro-komunis, misalnya Sandinista Nikaragua dan Viet Cong. Desain AK-47
disebarkan ke 55 angkatan bersenjata dunia.[1]
Penyebaran AK-47 ini
tidak hanya terlihat dari jumlahnya saja, AK-47 ada di dalam bendera
dan lambang Mozambik. Selain itu juga terdapat pada lambang Burkina
Faso, dan bendera Hizbullah. "Kalash", kependekan dari "Kalashnikov",
dipakai sebagai nama anak laki-laki di beberapa negara di Afrika.
Di
Amerika, pembuat film sering mempersenjatai penjahat dan teroris
dengan AK-47. Banyak pula permainan komputer, permainan video, dan
lagu-lagu rap yang menampilkan AK-47. Pembuat mainan dan industri
airsoft juga memproduksi jutaan replika AK-47.
Varian-varian Kalashnikov adalah:
AK-47 1948–51, 7,62 × 39 mm — Model paling awal, yang menggunkan receiver stamping Tipe 1, dan sudah sangat langka.
AK-47
1952, 7,62 x 39 mm — Menggunakan receiver machined dengan popor dan
pegangan kayu. Laras dan kamar peluru dilapisi krom untuk mencegah
korosi. Berat senapan 4,2 kg.
AKS-47 — Menggunakan popor lipat ke bawah yang mirip popor MP40 Jerman.
RPK, 7,62 x 39 mm — Versi senapan mesin, dengan laras yang lebih panjang dan bipod (penyangga kaki 2).
AKM,
7,62 x 39 mm — Lebih sederhana dan lebih ringan dari AK-47;
menggunakan receiver Tipe 4 yang terbuat dari logam stamping. Berat
menurun jadi 3,61 kg, karena receiver yang lebih ringan.
AKMS, 7,62 x 39 mm — Versi AKM yang menggunakan popor lipat ke bawah atau ke samping.
AKMSU, 7,62 x 39 mm — Versi pendek dari AKM yang menggunakan popor lipat ke bawah. Panjang laras 35 cm.
Produksi di luar Rusia
Rangkuman dari informasi yang terdapat pada buku Poyer, The AK-47 and AK-74 Kalashnikov Rifles and Their Variations.
Bulgaria
AKK
(Tipe 3 AK-47), AKKS (Tipe 3 dengan popor lipat samping), AKKMS (AKMS)
AKKN-47 (bisa dipasang bidikan malam NPSU), AK-47M1 (Tipe 3 dengan
polimer hitam menggantikan kayu), AK-47MA1/AR-M1 (sama dengan M1, tapi
memakai peluru 5,56 mm NATO), AKS-47M1 (AKMS memakai 5,56 mm NATO),
AKS-47MA1 (sama dengan AKS-47M1, tapi hanya semi-automatis), AKS-47S
(AK-47M1, versi pendek, popor lipat Jerman Timur, alat bidik laser),
AKS-47UF (versi pendek -M1, popor lipat Rusia), AR-SF (sama dengan
-47UF, tapi memakai 5,56 mm NATO), AKS-93SM6 (serupa dengan -47M1,
tidak bisa dipasang pelontar granat), RKKS, AKT-47 (senapan latihan,
kaliber .22)
Jerman Timur MPi-K (AK-47), MPi-KS (AKS), MPi-KM (AKM), MPi-KMS72 (AKMS)
Mesir AK-47, MISR 7.62 (AKM), Maadi
Hungaria AKM-63, AMD-65, AMD-65M, AMMSZ, AMP, NGM 5,56
Irak Tabuk (M70B1, and M70AB2)
Senapan runduk Tabuk (M70B1 dengan laras 23,6 inci, alat bidik optik, dan popor khusus)
Myanmar MA1, MA4 (berdasarkan buatan Tiongkok, menggunakan peluru kaliber NATO)
Korea Utara Type 58A (Type 3 AK-47), Type 58B (popor lipat besi), Type 68A (AKM-47), Type 68B (AKMS)
Tiongkok Type 56 Rifle (bukan Karabin), Type 81, Type 87
Polandia Kbk AK/PMK (AK-47), Kbk AKS/PKMS (AKS), Kbk Ak PNG60, Kbk AKM/PMKM (AKM), KbK AKMS/PMKMS, Kbk wz. 88
Tantal (AK-74 dengan popor lipat samping), Kbk wz. 96 Beryl
Romania AI (AK-47), AIS (AKS), AIM, AIMS (AKM, AKMS), AIR
Yugoslavia
M70, M70A, M70AB2 M64 (AK-47 dengan laras lebih panjang), M64A (dengan
pelontar granat), M64B (M70 dengan popor lipat)
Rusia
telah berkali-kali mengatakan bahwa mayoritas produsen ini memproduksi
AK-47 tanpa lisensi dari IZhMASh. Perusahaan IZhMASh sendiri telah
mematenkan AK-47 pada tahun 1999, dan seharusnya paten ini mencegah
produksi senapan yang tanpa izin.
M16 adalah senapan serbu buatan
Amerika Serikat. M16 menggunakan peluru 5.56 x 45 mm NATO. Senapan ini
digunakan sebagai senapan serbu utama yang di pakai infanteri Amerika
Serikat sejak 1967. M16 juga dipakai oleh 15 negara NATO lainnya, dan
merupakan senapan berkaliber 5.56 mm yang paling banyak diproduksi.
M16
adalah senapan serbu yang ringan, berkaliber 5.56 mm, air-cooled,
beroperasi dengan sistem gas, menggunakan magazen, dan menggunakan bolt
berputar. M16 dibuat dari besi, alumunium, dan plastik komposit.
Ada
empat versi utama dari M16. Yang pertama adalah M16, yang diikuti oleh
M16A1, yang menggunakan peluru U.S. M193/M196. M16 ini bisa ditembakan
pada pilihan semi-otomatis maupun full-otomatis. Yang kedua adalah
M16A2, yang mulai dipakai sekitar tahun 1980. M16A2 menggunakan peluru
M855/M856 yang didesain Belgia (dan kemudian dijadikan standar NATO
5.56 x 45 mm). M16A2 bisa menembak semi-otomatis dan burst tiga butir.
Yang terakhir adalah M16A4, yang menjadi standar untuk Marinir AS pada
Invasi Irak 2003, menggantikan M16A2.
Proyek SALVO
Pada
tahun 1948, Angkatan Darat AS mendirikan badan sipil Kantor Penelitian
Operasi (Operations Research Office, ORO). Salah satu penelitian
pertama mereka adalah menganalisa lebih dari tiga juta laporan medan
Perang Dunia II. Kesimpulan yang mereka dapat adalah bahwa sebagian
besar pertempuran terjadi pada jarak dekat. Pada perang dengan
mobilitas yang tinggi, regu-regu tempur sering menemui musuh secara
tiba-tiba; dan pihak yang memiliki kemampuan menembak paling banyak
adalah yang menang. Mereka juga menemukan bahwa kemungkinan tertembak
pada pertempuran sebenarnya acak saja — maksudnya, membidik secara
akurat tidak begitu berpengaruh, karena target tidak diam pada
tempatnya. Selain itu, peluru kaliber besar yang digunakan pada
senapan-senapan masa itu juga tidak cocok karena terlalu besar dan
berat, yang dibutuhkan adalah peluru dengan kaliber yang lebih kecil.
Penelitian
ini terlihat oleh Kolonel René Studler, Kepala Penelitian dan
Pengembangan Senjata Ringan AD AS. Kolonel Studler lalu meminta
Aberdeen Proving Ground untuk membuat laporan tentang peluru kaliber
lebih kecil. Sebuah tim yang dipimpin Donald Hall, direktur pengembangan
di Aberdeen, melaporkan bahwa peluru dengan ukuran 0,22 inci (5,59 mm)
efeknya akan sama dengan peluru kaliber besar di pertempuran. Anggota
timnya, khususnya William C. Davis, Jr. dan G.A. Gustafson, mulai
mengembangkan percobaan peluru 0,224 inci (5,69 mm). Tapi pada tahun
1955, permintaan pendanaan mereka ditolak.
Sebuah penelitian baru,
Proyek SALVO, dibuat untuk mencari rancangan senjata yang cocok dipakai
pada pertempuran sebenarnya. Proyek SALVO dijalankan pada tahun 1953
sampai 1957 dengan dua fase. SALVO I menyimpulkan bahwa sebuah senapan
yang menembakkan empat peluru ke area 0.5 meter akan melipatgandakan
kemungkinan kena pada senapan semi-otomatis.
Pada fase SALVO II,
dilakukan pengetesan konsep senjata. Irwin Barr dari AAI Corporation
memperkenalkan serangkaian senjata dengan peluru mirip anak panah,
mulai dari peluru shotgun berisi 32 anak panah, sampai senapan dengan
peluru panah. Winchester dan Springfield menawarkan senjata dengan
banyak laras, dan ORO menawarkan peluru .308 Winchester atau .30-06,
yang berisi dua peluru kaliber .22, .25 atau .27.
Eugene Stoner
Pada
tahun 1954 perusahaan senjata Eugene Stoner, ArmaLite, ikut dalam
tender pemilihan senapan penganti M1 Garand. Senapan yang mereka buat
adalah senapan AR-10. AR-10 termasuk canggih kalau dibandingkan dengan
senapan lain yang dites. Dengan berat 900 gram lebih ringan dari yang
lain, akurasinya juga tidak kalah. Tetapi, senapan ini telat dikirim
untuk pengetesan pada tahun 1956, pada saat itu, pengetesan senapan lain
sudah masuk pada tahun ke-2, dan AR-10 adalah senapan baru diantara
senapan-senapan yang sudah dikembangkan secara lebih dalam. Dan pada
tahun 1957 dalam penegetesan, laras prototip AR-10 pecah, yang langsung
mengakibatkan ditolaknya rancangan AR-10 ini. Pada akhirnya senapan
yang diterima adalah rancangan T44, yang diberi nama M14. Walau begitu,
ArmaLite nantinya akan mengembangkan senapan baru yang dibuat
berdasarkan senapan AR-10 ini
CONARC
Pada
tahun 1957, salinan permintaan pendanaan tahun 1955 Gustafson sampai
ke tangan Jenderal Willard Wyman, komandan Komando Angkatan Darat
Kontinental AS (U.S. Continental Army Command, CONARC). Dia langsung
membentuk tim untuk percobaan pengembangan peluru kaliber .22 (5.6 mm).
Jenderal
Wyman yang dulu terkesan oleh demonstrasi AR-10, secara pribadi
menyarankan ArmaLite agar ikut dalam tender senapan yang menggunakan
peluru 5.56 mm. Rancangan yang diserahkan ArmaLite, AR-15, berupa AR-10
yang disesuaikan dan dikecilkan ukurannya. Rancangan Winchester dibuat
berdasarkan M1 Carbine, dan Springfield tidak ikut memberikan rancangan
mereka, karena tidak mau mengalihkan sumber daya dari proyek T44.
Tetapi pada akhirnya, AR-15 mengungguli semua rancangan yang lain.
Pada
saat itu, induk perusahaan ArmaLite, Fairchild, telah menghabiskan
$1,45 juta untuk pengembangan, dan mengakibatkan Fairchild hengkang dari
industri senjata ringan. Hak cipta AR-15 lalu dijual ke Colt Firearms
pada Desember 1959, dengan harga $75.000 tunai dan 4,5% royalti
penjualan.
Adopsi M16
Pada
November 1964, AD Amerika Serikat memesan 85.000 AR-15 yang
dimodifikasi, dan diberi nama XM16E1, untuk percobaan. AU Amerika
Serikat juga memesan 19.000 yang tidak dimodifikasi, diberi nama M16.
Dan setahun kemudian AU secara resmi menerima M16 pertama.
Setelah
itu AD Amerika Serikat mulai mempersenjatai infanteri dengan senapan
XM16E1 (diberi nama M16), tapi senapan-senapan ini diberikan tanpa
peralatan pembersihan yang memadai. Selain itu, AD Amerika Serikat juga
gagal memproduksi peluru 5.56 mm yang sesuai spesifikasi pabrik,
ditambah dengan dirubahnya komposisi bubuk mesiu yang digunakan. Amunisi
5.56 mm baru ini ternyata merusak isi senapan, dan karakteristik
pembakarannya meningkatkan kemungkinan kemacetan M16.
Pada tahun
1966, XM16E1 sampai ke tangan tentara Amerika Serikat di Vietnam, dan
mulailah muncul laporan-laporan tentang kerusakan dan kemacetan senapan
M16. Walau M14 sudah memiliki laras dan kamar peluru yang dilapisi
chrome, M16/XM16E1 tidak. Dengan adanya laporan-laporan tentang tentara
yang mati karena kemacetan senjata, dimulailah investigasi oleh
Konggres, yang hasilnya mempertanyakan kemampuan senapan dan peluru
5.56 mm.
Atas dasar investigasi itu, XM16E1 lalu dimodifikasi menjadi
M16A1, yang sudah diberi lapisan chrome, dan disesuaikan dengan
amunisi keluaran Angkatan Darat. Selain itu senapan-senapan baru ini
juga sudah perangkat pembersihan. Angkatan Darat memesan 840.000
senapan baru ini pada tanggal 28 Februari 1967. Program pelatihan
intensif juga dilakukan untuk melatih pembersihan senapan, dan sebuah
buku manual berbentuk komik disebarkan ke para tentara.
Receiver
M16 terbuat dari alumunium. Laras, bolt, dan bolt carriernya terbuat
dari besi. Popor dan pegangannya terbuat dari plastik. Model-model awal
M16 termasuk ringan, dengan berat 2,9 kg, ini jauh lebih ringan
daripada senapan-senapan tahun 1950-an dan 1960-an. Dan juga lebih
ringan dari AK-47 yang beratnya sekitar 5 kg. M16A2 dan varian-varian
yang lebih baru beratnya bertambah, yaitu menjadi 3,9 kg.
Model-model
terbaru (M16A4) memiliki desain receiver atas "flat-top", dilengkapi
dengan Picatinny mounting rail, yang membuat pemakai bisa memasang alat
bidik biasa, maupun alat bidik optik seperti teleskop dan night
vision.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar